Do Re Mi Cinta
Mawar
Ting…ting…ting…
Bunyi alunan melodi yang tengah dimainkan jari-jari mungil nan lihai oleh
sesosok gadis di sudut ruangan kelas. Mawar, itulah nama yang kerap dipakai
untuk memanggilnya. Akhir-akhir ini, Mawar sering berlatih bermain piano karena
ia akan mengikuti kompetisi musik yang mewakili sekolahnya. Betapa senang dan
bangganya dia dipilih oleh Bu Mischa untuk mewakili sekolahnya. Berkat keuletannya
itu, kerja kerasnya berbuah manis. Di sekolah ia terkenal sebagai anak
terpandai, baik di bidang akademik maupun non akademik.
SMA Insan Musik, itulah nama sekolahnya.
Meskipun hanya bermodalkan beasiswa yang
mengantarkannya bersekolah di SMA favorit, Mawar tetap semangat
menggapai asa yang tak lain menjadi penyanyi sekaligus pianis terkenal. Berawal
dari latar belakangnya lah, yaitu golongan keluarga yang kurang mampu, ia
berusaha membantu orang tuanya mencukupi kebutuhan sehari-hari serta biaya
sekolah adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku SMP, yaitu dengan bekerja
di toko roti sepulang sekolah.
Di
sela-sela jam istirahat, Mawar selalu berbagi cerita dengan Siska, sahabat yang
selalu ada di saat Mawar sedang senang maupun sedih. Mawar merasa sangat
beruntung memiliki sahabat seperti Siska. Karena meskipun Siska adalah anak yang
berasal dari golongan orang yang sangat berkecukupan, Siska tak enggan berteman
dengan Mawar. Di sekolah mereka selalu bersama, bahkan di kelas pun mereka
duduk sebangku. Hingga suatu saat ada murid baru bernama Bintang. Kehadirannya
mengubah suasana kelas yang semula tegang, terlunakkan olehnya. Saat itu tengah
berlangsung pelajaran matematika.
“
Anak-anak kita kedatangan murid baru dari SMA Cempaka Seni. Ayo Bintang
perkenalkan dirimu ke teman-temanmu.” Suruh Bu Susan.
“ Baik Bu.
Perkenalkan, saya Bintang Adi Putra. Saya berasal dari SMA Cempaka Seni.”
Terang Bintang.
“ Baiklah,
sekarang kamu duduk dengan Cindy.” Lanjut Bu Susan
Derap
langkahnya membuat para murid perempuan tertuju ke pandangannya disertai
senyuman manis yang mengiringinya.
“ Wah…wah
senyumannya indah banget ya?” Ucap Siska sambil memandang wajah Bintang.
“ Ah
enggak, biasa aja tuh.” Balas Mawar.
“ Udah
ganteng, murah senyum, manis, tinggi, baik pula. Sempurna ya?” Kata Siska
sambil tak henti-hentinya memandangi wajah Bintang.
“ Heeem…”
Jawab Mawar tak perduli.
Hari
berganti hari. Tiba saatnya Mawar untuk mengikuti kompetisi musik. Dari rumah
sederhananya, ia meminta doa dan berpamitan kepada orang tuanya lalu bergegas
berangkat ke sekolah. Bu Mischa dan Siska telah menunggunya di depan sekolah.
Beberapa menit lagi lomba dimulai. Sampailah Mawar di sekolah. Mereka bergegas
naik ke mobil menuju gedung tempat Mawar akan berlomba. Sesaat kemudian Mawar
tampil dengan mengenakan gaun cantik berhiaskan bunga yang tak lain gaun
pinjaman dari Siska. Suasana yang sebenarnya ramai, menjadi sunyi ketika Mawar
mulai melantunkan lagu “ Imagine ” sambil diiringi piano yang ia mainkan
sendiri.
Imagine there’s no
despair
It’s easy if you try
No wail below us
Above us only hope
Imagine all the people
Living for today
Itulah beberapa potong lagu yang dinyanyikan oleh
Mawar. 10 menit berlalu. Mawar mengakhiri lagunya. Sorak sorai penontong
mengiringi Mawar saat ia turun dari panggung. Ternyata Bintang juga datang
menyaksikan penampilan Mawar yang memukau itu. Beberapa peserta lain juga telah
tampil. Saatnya juri mengumumkan juaranya. Dan juara pertama diraih oleh Mawar.
Betapa bahagianya Mawar mendengarnya.
“ Mawar selamat ya. Kamu memang pantas
mendapatkannya. “ Kata Siska senang.
“ Iya, Ibu bangga dengan mu Mawar.
Ternyata usaha mu selama ini tidak sia-sia.” Lanjut Bu Mischa.
“ Iya terima kasih, saya juga
berterima kasih kepada Bu Mischa yang selama ini telah membimbing saya untuk
berlatih.” Balas Mawar.
Tak selang berapa lama, Bintang datang
menghampiri Mawar dan mengucapkan selamat kepada Mawar. Betapa terkejunya Siska
melihat Bintang hadir dan mengucapkan
selamat kepada Mawar, karena selama ini apapun yang dilakukan Siska selalu tak
dihiraukan Bintang. Semenjak saat itulah sikap Siska ke Mawar menjadi dingin.
Semenjak saat itu juga Siska menjadi berteman dengan Cindy. Cindy adalah anak
yang sombong. Tak heran meskipun ia memiliki segalanya, tapi satu hal yang
tidak ia miliki yaitu teman. Ia berusaha menghasut Siska untuk tidak bersahabat
lagi dengan Mawar. Mendengar hal tersebut, Mawar menjadi sedih. Berulang kali ia mencoba
menjelaskan kepada Siska akan hal itu, tetapi Siska tak mau mendengarkannya.
Hari-hari dilewati Mawar dengan
kesendiriannya tanpa Siska, sahabatnya. Hingga suatu saat , ia duduk sendiri di
kursi taman sekolah sambil bernyanyi.
“dulu kita sahabat
teman begitu hangat
mengalahkan sinar mentari
dulu kita sahabat
berteman bagai ulat
berharap jadi kupu-kupu
teman begitu hangat
mengalahkan sinar mentari
dulu kita sahabat
berteman bagai ulat
berharap jadi kupu-kupu
kini kita melangkah berjauh-jauhan
kau jauhi diriku karna sesuatu
mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
namun itu karna ku sayang
kau jauhi diriku karna sesuatu
mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
namun itu karna ku sayang
persahabatan bagai kepompong
mengubah ulat menjadi kupu-kupu
persahabatan bagai kepompong
hal yang tak mudah berubah jadi indah
persahabatan bagai kepompong
maklumi teman hadapi perbedaan
persahabatan bagai kepompong
na na na na na na na na na
maklumi teman hadapi perbedaan
persahabatan bagai kepompong
na na na na na na na na na
semua yang berlalu
biarkanlah berlalu
seperti hangatnya mentari
biarkanlah berlalu
seperti hangatnya mentari
siang berganti malam
sembunyikan sinarnya
hingga ia bersinar lagi. “ Mawar menyanyi sambil menangis.
sembunyikan sinarnya
hingga ia bersinar lagi. “ Mawar menyanyi sambil menangis.
Tiba-tiba muncul lah Bintang lalu menemani Mawar duduk
bersama.
“ Kamu kenapa Mawar, akhir-akhir ini kamu terlihat sedih
dan bahkan sekarang kamu menangis.” Tanya Bintang.
“ Aku sedih karena Siska menjauhiku.” Terang Mawar pada
Bintang.
“ Mengapa Siska menjauhi mu?” Lanjut Bintang penasaran.
“ Sudahlah, aku nggak mau membahas masalah ini sekarang.
Aku mau sendiri. Tinggalkan aku sendiri di sini.” Suruh Mawar pada Bintang.
“ Baiklah, jika itu maumu.” Jawab Bintang.
Bintang pun beranjak dari tempat
duduknya semula dan berlalu. Diam-diam Mawar mulai menyukai Bintang tanpa
sepengetahuan Siska. Ia selalu memendam perasaannya, ia tak berani menceritakan
perasaannya yang sebenarnya kepada Bintang,
karena ia tahu kalau sahabatnya lebih
dulu menyukai Bintang. Mawar juga berfikir bahwa Siska lebih pantas bersama
Bintang. Sampai pada akhirnya Bintang menyatakan cintanya terhadap Mawar.
“ Mawar aku mencintaimu. Will
you be my girlfriend ?” Tanya Bintang.
“ Aku nggak bisa. Ada yang lebih
pantas untukmu.” Jawab Mawar.
“ Siapa?” Tanya Bintang penasaran.
“ Siska, Siska lah yang lebih dulu
mencintaimu.” Terang Mawar.
“ Tapi,…” Lanjut Bintang.
Mendengar
pembicaraan Mawar dan Bintang, Siska sadar bahwa cinta tak harus memiliki dan
ia merelakan Bintang untuk Mawar. Siska pun memunculkan dirinya dari balik
tembok lalu menghampiri Mawar dan Bintang.
“ Mawar, terima saja Bintang.” Ucap
Siska mengagetkan Mawar.
“ Siska, tapi...” Jawab Mawar gugup.
“ Sudahlah, kini aku sadar bahwa cinta
tak harus memiliki. Bintang beruntung bisa memiliki mu.” Siska memotong pembicaraan
Mawar.
“Terima kasih Siska. Maafkan aku yang
kemarin. Jadi kita sekarang bersahabat lagi kan?” Lanjut Mawar
“ Tentu,” Jawab Siska.
“ Nah gitu dong.” Kata Bintang sembari
tersenyum
Akhirnya Mawar menerima Bintang sementara
Siska telah mendapatkan pengganti Bintang. Mereka sering melakukan double date di waktu senggang. Siska
sadar bahwa cinta itu tak harus memiliki dan ia berfikir bahwa hanya Mawar lah
yang pantas mendampingi Bintang, karena mereka saling mencintai. Serta tiada
lagi perasaan cemburu Siska terhadap Mawar dan Bintang.
***
0 komentar:
Posting Komentar